Catatan Pengamat Soal Penampilan Paslon di Debat Pilkada Takalar

Debat kandidat putaran pertama pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Takalar sudah digelar akhir Desember lalu. Jika tak ada halangan, debat putaran kedua akan digelar 25 Januari mendatang.

Pasangan calon nomor urut 1, Burhanuddin Baharuddin-Natsir Ibrahim alias Nojeng dan pasangan nomor urut 2, Syamsari Kitta-Achmad Daeng Se're masing-masing sudah memaparkan visi dan misinya dalam debat publik pertama itu.

Akan tetapi, ada sejumlah catatan penting yang menjadi evaluasi dalam debat tersebut. Dosen Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Firdaus Muhammad membeberkan beberapa hal yang menjadi evaluasi setelah kedua pasangan calon tersebut tampil dalam debat kandidat.

Pertama, menyangkut hal teknis tentang alokasi waktu dan penampilan masing-masing kandidat. Di beberapa sesi, kata dia, kedua pasang calon itu belum maksimal dalam memanfaatkan waktu yang diberikan.

"Jadi seperti pasangan nomor dua, dia (Syamsari Kitta) sudah bikin statement, kemudian dilanjutkan ke wakilnya (Achmad Dg Se're). Terus wakilnya itu kemudian berhenti, padahal masih ada waktu. Kalau Syamsari ngambil lagi kesempatan itu, malah sudah kurang tepat padahal tadinya, sebenarnya sudah bagus," ujar Firdaus, Senin 

Hal yang sama juga dilakukan pasangan incumbent, Bur-Nojeng. Di salah satu sesi juga, kata Firdaus, Bur dalam menyampaikan programnya dinilai sudah sangat baik. Namun saat Nojeng mendapat giliran, pernyataan yang disampaikan kurang maksimal karena waktu yang sudah habis.

"Karena saya perhatikan, Pak Bur ini lambat bicara, sementara kan waktu jalan terus. Jadinya durasi waktu untuk Nojeng jadi terbatas," tambah Firdaus.

Selain itu, di salah satu sesi, Nojeng kurang memaksimalkan waktu saat ingin menjawab pertanyaan terkait Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Takalar. Saat itu, Nojeng justru memberi jawaban terkait tugas dan fungsinya sebagai wakil bupati.

"Padahal sebenarnya Pak Nojeng akan jawab pertanyaan itu, tapi tidak terjawab. Saya yakin Pak Nojeng bisa jawab itu karena dia pasti punya data soal IPM, apalagi incumbent. Harusnya beliau jawab dulu itu, nanti di-closing statement baru bisa ungkapkan fungsi dan tugasnya sebagai wakil bupati," paparnya.

Baju yang Kebesaran
Selanjutnya terkait penampilan pasangan calon. Penampilan ini dapat dilihat dengan gerak tubuh, maupun pakaian yang dikenakan.

"Ada yang saya lihat maju mundur, membelakangi saat wakilnya bicara, banyak gerak. Padahal jangan berpikir bahwa yang bicara ini adalah wakil sementara kita ini tidak memperhatikan gestur. Karena itu tersorot kamera dan tidak bisa menghindari," jelasnya.

Begitu pun dengan pasangan Syamsari-Achmad Dg Se're. Keduanya juga dikatakan Firdaus terlihat sering memperlihatkan gerak tubuh yang dianggap tidak perlu dilakukan. "Pak Syamsari juga sering maju mundur. Wakilnya juga kelihatan canggung, posisinya hampir sama, tidak terlalu goyang tapi ada."

Soal pakaian, Firdaus juga punya catatan. Di antaranya, pakaian yang dikenakan Bur dianggap kebesaran. Sementara sepatu yang dikenakan Syamsari kurang tepat.

"Sepatunya (Syamsari) anak muda banget dan kurang matching dengan Songkok To Bone-nya. Songkok dengan baju matching, tapi celana dan sepatu kurang. Apalagi songkok, baju, celana, dan sepatu itu saya pikir tidak (matching)," urainya.

Firdaus menganggap, hal seperti ini perlu diperhatikan. Karena menurutnya, hal teknis juga sangat berpengaruh dalam debat publik.

Sumber : http://news.rakyatku.com/

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Catatan Pengamat Soal Penampilan Paslon di Debat Pilkada Takalar"

Post a Comment

KOMENTAR FESBUKER