Ibrahim Rewa Restui Nojeng 02

TAKALAR, CAKRAWALA- Pembina Partai Golkar kabupaten Takalar Ibrahin Rewa mengaku tidak ingin campur tangan soal kisruh penetapan bakal calon bupati dari partai Golkar yang akan diusung di pemilukada Takalar 2012 ini.

Kendati DPP lebih memilih Burhanuddin Baharuddin sebagai calon 01 dibanding putranya, Natsir Ibrahim, ia mengaku legowo. Menurut bupati dua periode ini, keputusan DPP Gollkar yang telah menetapkan Burhanuddin dan Nojeng sebagai pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Periode 2012-2017 di Takalar sebagai konsukensi politik. DPP tentu telah me­lakukan kajian yang matang sebelum mengambil keputusan itu.

“Kalau saya, kita tetap konsekuen terhadap keputusan partai karena ini aturan partai. Tentu partai (Golkar) telah mengevaluasi,” kata Ibrahim saat ditemui wartawan di Rumah Jabatan (Rujab) Bupati Takalar, Minggu, 27 Mei.

Apa pun hasil yang diputuskan oleh DPP Golkar, katanya, adalah yang terbaik baik untuk partai maupun untuk rakyat Takalar. Keputusan yang turun dari DPP merupakan hasil evaluasi partai yang selama ini dilakukan oleh Golkar di Kabupaten Takalar.

Menurutnya, Partai Golkar adalah partai besar yang sudah matang dengan dinamika. Yang terpenting, kata dia, siapapun pemenang dalam Pemilukada Takalar November mendatang harus mampu membawa masyarakat Takalar lebih sejahtera lagi.

Ia menilai meski ke depannya Pemilukada Takalar akan diramaikan oleh sejumlah calon, namun hak mutlak untuk menentukan pilihan tetap dipegang oleh rakyat, bukan partai.

“Jadi calon itu banyak, kita serahkan saja nantinya kepada rakyat, yang penting pilihlah pemimpin yang bisa menghadirkan kesejahteraan. Pemimpin yang tidak ada indikasi korupsi, pemimpin yang betul-betul bisa melindungi dan berjuang untuk menghadirkan kesejahteraan untuk seluruh rakyat. Tentu rakyat telah mengamati siapa pemimpin yang bisa mengemban amanah itu,” terangnya.

Sikap Keluarga

Terkait keputusan putranya yang legowo menerima keputusan Golkar sebagai kosong dua (02) untuk Pemilukada Takalar, dikatakan Ibrahim Rewa sebagai keputusan pribadi dari Nojeng.

Menurutnya, pihak keluarga telah menyerahkan persoalan tersebut kepada Nojeng sebagai hak prerogatif. Ia pun enggan mengaitkan antara keputusan partai de­ngan keputusan keluarga.

“Itu keputusan partai. Walau saat ini, saya bukan pengurus partai, akan tetapi saya kenyang akan aturan partai. Kalau saya ditanya, pasti saya jawab, apapun keputusan partai, selaku kader harus tunduk dan patuh,” ucapnya.

Ia mengungkapkan, Nojeng sebagai kader sejati di Golkar, mau tidak mau harus patuh dan menjalankan keputusan partai, kendati dalam kondisi terburuk apapun. “Kalau ada yang diusulkan dan itu kalah dan gagal itu tanggung jawab partai sendiri,” pungkasnya.

Sehari sebelumnya, Ketua DPD II Partai Golkar Takalar Natsir Ibrahim atau Nojeng menemui Ketua DPD I Golkar Sulsel Syahrul Yasin Limpo di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar.

Pertemuan Nojeng dengan Syahrul itu sekaligus mengakhiri polemik yang menyebut Nojeng membangkang keputusan partai berlambang pohon beringin itu. Nojeng yang dicegat wartawan usai bertemu Syahrul menegaskan siap menjadi calon wakil bupati sepanjang itu keputusan partai. Menurutnya, ia mengalah demi kepentingan partai yang telah mengantarnya duduk sebagai legislator DPRD Takalar bahkan menjadi Ketua DPRDTakalar.

Nojeng juga membantah pernah melakukan komunikasi dengan partai politik lain untuk mengusung dirinya. Terkait keributan hingga pembakaran atribut Partai Golkar di Takalar, Nojeng menggaransi hal itu tidak akan terjadi lagi.

Dijelaskan, aksi yang dilakukan simpatisan dan pendukungnya di Takalar merupakan aksi spontanitas yang tidak terorganisir. Ia mengaku langsung memerintah pendukungnya berhenti setelah mengetahui adanya aksi seperti itu.

Sementara itu, Syahrul mengatakan, keputusan Nojeng tersebut sebagai sebuah sikap politisiyang cukup dewasa terhadap keputusan partai. Keputusan itu bagian dari kesepakatan yang telah dibangun Bur dan Nojeng di Jakarta. Kesepakatan itu, siapa survei tertinggi maka menjadi 01 dan terendah menjadi 02.

“Saya berterima kasih karena hari ini (Sabtu kemarin), saya bisa terima Nojeng dan menyampaikan untuk tetap di dalam garis partai. Tentu saja apa yang menjadi komitmen-komitmen Nojeng dan komitmen-komitmen kita kepada Nojeng. Insya Allah bisa kita wujudkan. Dalam pengertian, mudah-mudahan mereka bisa menyatukan barisan dan membela kepentingan rakyat,” kata Syahrul. (rus/del/ute)

PAN Sinyalkan Kembali Usung Fahsar dan Bur

Partai Amanat Nasional (PAN) memberikan sinyal kuat bakal kembali mengusung Fahsar Padjalangi di Pemilukada Bone dan Burhanuddin Baharuddin di Pemilukada Takalar. Pada pemilukada di dua kabupaten ini 2008 lalu, PAN adalah pengusung utama.

Ketua Bapilu DPW PAN Sulsel, Dodi Amiruddin, memberikan sinyal bakal berkoalisinya Golkar dan PAN di Pemilukada Takalar dan Bone. Dodi menjelaskan PAN menggunakan frame meritokrasi dalam soal usung-mengusung di pemilukada. PAN dipastikannya tidak akan mengunakan frame aristokrasi yang dinilai kuno dan tidak efektif mencetak pemimpin bangsa.

Aristokrasi adalah sistem pemerintahan yang dikuasai oleh kaum bangsawan saja tanpa mengindahkan prestasi dan kapabilitas. Sedang meritokrasi adalah kebalikannya, yakni pemerintahan yang ditunjuk berdasarkan prestasi dan kemampuan calon pemimpin.

“Jaman sudah berubah. Pemerintahan harus menganut paham meritokrasi. Kami di PAN akan mengusung tokoh yang berdasarkan pengalaman, prestasi, dan kapabilitas, memang memiliki kepantasan. Kami tidak akan mengusung calon pemimpin karbitan yang berpolitik hanya karena anugrah garis keturunan,” kata Dodi di Warkop Daeng Sija, Jalan Topaz Raya, Makassar, Minggu, 27 Mei.

Dodi menjelaskan, telah banyak contoh yang menunjukkan kesengsaraan rakyat di suatu daerah karena dipimpin oleh orang yang belum pantas dan kurang berpengalaman dalam urusan pemerintahan.

“Tapi bukan berarti saya anti generasi muda. Saya hanya mengatakan, bahwa siapapun yang menjadi pemimpin haruslah orang yang telah siap dan teruji. Kalau dari birokrat kita cari yang berpengalaman, kalau dari politisi kita cari yang telah berbuat banyak. Bukan pilih pemimpin berdasarkan garis keturunannya,” tegas Dodi.

Seperti diketahui, Fahsar Padjalangi adalah tokoh birokrat senior di Pemprov Sulsel. Sedang Burhanuddin Baharuddin adalah tokoh yang banyak ‘makan garam’ di dunia politik.

Tidak hanya itu, Dodi juga memastikan partainya akan mempertimbangkan hasil survei calon kandidat sebelum mengusung calon. Survei kedua tokoh ini pun diakui Dodi sebagai yang terkuat. Olehnya Dodi memandang Golkar telah memilih pilihan yang tepat di Takalar dan Bone.

“Bagi saya, keputusan Golkar di Takalar dan Bone adalah keputusan yang objektif dalam melihat persoalan,” imbuh Dodi. (del/soe)

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Ibrahim Rewa Restui Nojeng 02"

Post a Comment

KOMENTAR FESBUKER