BAKAL calon gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo menanggung konsekuensi buah simalakama yang diputuskan DPP Golkar. Posisi Syahrul di Bone dan Takalar tidak aman akibat pilihan DPP Golkar dalam penetapan calon bupati di dua daerah itu.
Keputusan Golkar tidak mengusung "putra mahkota" tokoh yang sedang berkuasa di daerah masing-masing berpeluang mengalihkan pendukung. Potensi kekalahan terbayang di dua daerah itu bila pengalihan dukungan sebagai imbas kekecewaan tidak segera diantisipasi.
Opsi memaketkan kader sebagai pasangan calon bupati dan wakil bupati untuk meredam kekecewaan juga bukanlah langkah solutif. Kandidat maupun pendukungnya belum tentu dapat menerima tawaran DPP dengan tulus.
Partai Golkar memilih Burhanuddin Baharuddin sebagai calon bupati dan "membuang" Ketua DPD II Golkar Takalar, Natsir Ibrahim yang tidak lain "putra mahkota" bupati Takalar, Ibrahim Rewa. Sementara di Bone, putra Idris Galigo, Andi Irsan Idris Galigo terdepak setelah memilih Fahsar Padjalangi.
Sekadar mengingatkan, Bupati Bone, Idris Galigo yang juga ketua DPD II Bone meraih kemenangan di Pemilukada Bone 2007 lalu dengan memperoleh suara terbanyak yakni 216.952 atau 56,8 persen.
Andi Fashar Padjalangi yang saat itu diusung 12 partai politik memperoleh 137.850 suara atau sekitar 36,1 persen. Total pemilih di Pemilukada Bone 477.388 orang dengan pengguna hak pilih hanya 388.662 orang.
Sementara di Takalar, Ibrahim Rewa yang diusung Partai Golkar unggul dengan meraih 60,353 suara. Perolehan suara mereka terbilang jauh dibanding Burhanuddin Baharuddin yang memperoleh 34.829 suara.
Kendati pilihan DPP Golkar sesuai prediksi banyak kalangan berdasarkan hasil survei yang banyak beredar, Ketua DPD I Golkar Sulsel, Syahrul Yasin Limpo mengaku kaget dengan keputusan partainya. Terlebih lagi, setelah mengetahui keputusan politik kadernya yang bersaing ketat menolak untuk berpaket dengan kader lain yang diusung Golkar.
Keputusan Golkar menetapkan Burhanuddin dan Fahsar, diakui Syahrul, bukan sesuatu yang mudah untuk menentukan langkah politik di Pilgub Sulsel. "Keputusan ini menjadi sesuatu yang tidak mudah untuk saya. Tapi saya percaya Golkar punya mekanisme," ujarnya.
Syahrul hanya berharap dan berupaya mengantisipasi perpecahan kader Golkar di Bone dan Takalar. Salah satu caranya, tetap mengupayakan opsi memaketkan kader di posisi calon bupati dan wakil bupati tetap terealisasi.
"Bukan hanya di Bone dan Takalar, saya mau calon yang bersaing dan berasal dari Golkar bisa menyatu dan berpaket sebagai pasangan bupati dan wakil bupati. Jangan ada yang keluar dari barisan," imbau Syahrul.
Calon petahana gubernur itu tetap menginginkan semua kader berjiwa besar menerima dan mematuhi keputusan partai serta mekanisme yang diterapkan Golkar. "Saya mau mereka berpasangan, biar saya aman juga," ujarnya.
Beda dengan SYL, Demokrat justru melihat kisruh ini bisa saja menguntungkan partainya. Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin, ditemui usai Seminar Nasional PB Ikami di Taman Menteng mengungkapkan, dirinya belum terlalu paham arah perkembangan penetapan calon bupati tersebut.
Namun, Ilham melihat, dinamika yang terjadi di Golkar Bone, sedikit banyak akan memberikan keuntungan kepada partai dan kubunya. "Bisa iya, seperti itu. Tapi kita kan tidak tahu perkembangannya seperti apa. Ya, kita wellcome saja," ujarnya.
Pengamat politik, Manager Strategi Pemenangan Jaringan Suara Indonesia (JSI) Irfan Jaya yang diminta tanggapannya mengatakan, penetapan cabup Takalar dan Bone oleh DPP Partai Golkar harus dipatuhi oleh seluruh jajaran kader dan pengurus DPD I dan DPD II Partai Golkar di Sulsel.
Dengan catatan, lanjut Irfan, penetapan cabup tersebut bisa diterima sepanjang sudah sesuai dengan aturan atau petunjuk pelaksana (juklak) internal Partai Golkar.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Fadel Muhammad siap meladeni rencana DPD II Partai Golkar Bone yang akan melakukan perlawanan pasca Andi Fahsar Padjalangi ditetapkan sebagai cabup Bone.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Umum DPD II Partai Golkar Bone, Andi Irwansyah, mengaku tetap berpegang pada hasil rapat pleno DPD II Partai Golkar Bone diperluas, yang digelar pada 15 Mei lalu. Rapat yang dihadiri para pengurus Golkar Kecamatan di Bone tersebut, intinya meminta DPP untuk menetapkan Andi Irsan Galigo sebagai calon bupati Bone dari Partai Golkar.
Jika tidak diakomodasi, DPD II Partai Golkar Bone sebut Irwansyah, siap melakukan perlawanan. "Oh ya? Baik, silakan saja," ujar Fadel singkat.
Terkait data survei pembanding dan keinginan untuk diperlakukan seperti Takalar, Fadel juga mempersilakan Golkar Bone untuk mengajukannya. "Oke, baik. Ajukan saja," sambung mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini.
DPP Golkar sebenarnya belum mengeluarkan surat keputusan yang menetapkan Fahsar sebagai calon bupati Bone. DPP masih menunda penetapan Fahsar, karena menunggu adanya kompromi politik antara Andi Fahsar Padjalangi sebagai pemegang hasil survei tertinggi dengan Andi Irsan Galigo. "Kita harapkan ada kompromi lah. Soalnya, mereka kan masih dalam rumpun keluarga yang sama," ujarnya. (rif/asw)
Sumber : http://www.fajar.co.id
0 Response to "SYL Kaget, Ilham Wellcome"
Post a Comment